Monday, February 11, 2008

Banyugeni dari Jogja


Jogja
Subsidi pemerintah untuk BBM tahun 2007 sudah mencapai 50,64 trilyun rupiah. Sungguh beban yang amat berat bagi pemerintah yang sekarang ini terus mengalami defisit anggaran. Bahan bakar dari minyak bumi dan batu bara semakin sulit diperoleh, padahal konsumsinya terus meningkat. Akibatnya, harga BBM melonjak. Harga minyak mentah di tingkat dunia bahkan sempat menembus angka $ 100 per barel. Pada sisi lain penggunaan BBM tersebut menyisakan emisi gas yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Ancaman terhadap lingkungan ini memaksa para pemimpin dunia untuk membahasnya dalam KKT perubahan iklim di Bali Desember 2007.
Kondisi tersebut di atas, menimbulkan kesadaran para peneliti di UMY untuk melakukan eksplorasi terhadap sumber-sumber bahan bakar baru. Penelitian dan pengembangan bahan bakar non-fosil telah dilakukan oleh Pusat Studi Pengembangan Energi Regional (PUSPER) UMY dengan hasil yang menggembirakan dengan produk hidrofuel yang merupakan bahan bakar berbahan baku dari air.


Inspirasi penelitian hidrofuel berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an, sebagaimana dikemukakan oleh Rektor UMY Dr. Khoiruddin Bashori, yaitu Surat :
1. At-Thur (6) “Perhatikan laut yang berapi”
2. Al-Anbiya’ (30) “….. dan Kami jadikan dari air segala sesuatu hidup”
3. At-Takwir (6) “Dan apabila laut dipanaskan”
Berdasarkan ayat tersebut, UMY berupaya mengakomodasikan sinyal-sinyal teknologi yang termaktub dalam Al-Qur’an, dengan melakukan penelitian dan pengembangan yang cukup panjang. Saat ini telah ditemukan teknologi yang mampu memproduksi bahan bakar dengan bahan baku air (hidrofuel). Produk hidrofuel hasil penelitian UMY telah dipatenkan dengan nama “banyugeniTM”.
Hidrofuel “banyugeniTM” mempunyai varian produk berupa hidro-kerosene (setara minyak tanah), hidro-diesel (setara solar), hidro-premium (setara bensin), dan hidro-avtur (setara bahan bakar jet). Ke depan akan dikembangkan pula varian produk lain yang mempunyai keunggulan lebih dari varian yang ada saat ini.
Untuk menghasilkan hidrofuel, digunakan teknologi “mekanotermal-elektrokemis” yang mencakup empat macam proses yaitu mekanik (gerak), thermal (panas), listrik dan kimiawi. Perpaduan ke empat proses, dengan bahan baku air yang sangat natural, akan menghasilkan beberapa produk bahan bakar minyak yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan. Kandungan unsur dan sifat bahan bakar minyak yang sudah diolah pada “banyugeniTM” sangat memungkinkan untuk digunakan pada mesin tanpa mengubah atau memodifikasi komponen.
Hasil ujicoba menunjukkan hidro-kerosene dapat langsung digunakan untuk menyalakan kompor minyak tanah, lampu minyak atau petromak. Hidro-diesel dapat langsung digunakan pada mesin diesel atau mobil dengan bahan bakar solar, dan hidro-premium dapat langsung digunakan pada mobil, motor atau mesin berbahan bakar bensin dan pesawat aeromodeling. Sementara hidro-avtur telah diujicobakan pada mesin berbahan bakar jet (jet fuel) misalnya untuk pesawat aeromodeling.
Produk ini sudah diuji di PT. CoreLab Indonesia, sebuah laboratorium internasional yang independen. Hasilnya secara meyakinkan menunjukkan bahwa ke empat varian “banyugeniTM” telah memenuhi standar Dirjen Migas.
Hasil pengujian menunjukkan, hidro-premium sangat tidak korosif atau tidak menyebabkan karat (skala copper strip corrosion 1a) dan tidak meninggalkan residu (hanya 0,5 %vol dari max 2,0 %vol yang diijinkan). Selain itu kandungan bahan pencemar dari emisi bahan bakar ini sangat rendah, antara lain kandungan sulfur hanya 0,03 %wt (dari max 0,05 %wt yang diijinkan) serta kandungan timbal (Pb) hampir nol (dari max 0,013 yang diijinkan). Pada pengujian terhadap pesawat aeromodeling, bahan bakar ini ternyata cukup bagus, memberikan rpm > 16.000.
Untuk hidro-avtur juga tidak korosif, dan beremisi rendah (total sulfur hanya 10% dari maksimal yang dipersyaratkan) dan tidak mudah membeku (freezing point -45oC). Dari pengujian terhadap pesawat aeromodeling, bahan bakar ini dapat digolongkan sebagai bahan bakar jet (jet fuel). Untuk penggunaan sebagai jet-fuel, hidro-avtur ini sangat istimewa karena akan tetap bersifat dingin (cool-fuel), memiliki IBP (initial boiling point) 164oC. Demikian juga Hidro-diesel juga tidak korosif (copper strip 1a), IBP 201oC, yang beremisi rendah dan tidak meninggalkan residu berlebihan, dengan index Cetane 51,3.
Hasil pengujian terhadap hidro-kerosene memperlihatkan bahwa bahan bakar rakyat tersebut juga sangat tidak korosif (copper strip corrosion 1a), IBP 161oC, tidak beracun dan tidak beremisi (total sulfur 0,03 %wt dari max 0,2 %wt yang diijinkan) dan tidak meninggalkan residu (hanya 0,5 %vol). Pada pengujian dengan lampu minyak, hidro-kerosene tidak menimbulkan asap jelaga yang berlebihan.
Penelitian ini terus akan dikembangkan, tidak saja pada level laboratorium, namun juga level industri sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi pada sektor transportasi, sektor industri, dan sektor rumah tangga dengan harga yang murah. Implikasi pengembangan produk ini sangat luas, seperti pengurangan beban biaya produksi semua sektor, dan secara langsung akan menghemat anggaran negara untuk subsidi BBM.
Di lain pihak dengan akan dikuranginya subsidi BBM oleh pemerintah, pemerintah dapat mengalihkan dana subsidi tersebut untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri atau untuk membayar hutang luar negeri, sehingga pada akhirnya tercipta sinergi antara pemerintah dan rakyat yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia secara bersama-sama, bukan untuk keuntungan kelompok dan golongan. | UMY

No comments: